Sabtu, 10 Oktober 2015

Titik

Titik selalu tetap sebuah titik yang mana satu titik bertemu adalah sebuah titik. Aku melukisnya, iya, sebuah titik, yang terbang melayang bebas dan menodai kanvas. Aku harap sebuah titik tetap selalu menjadi sebuah titik, bukan garis bukan juga ruang. Namun, itu adalah sebuah titik hanya sebuah titik. Aku bukan naif, aku hanya korban dari geometri yang membahas adanya hubungan-hubungan antara satu dengan yang lainya, antara titik, garis, dan ruang. Koneksi adalah naif, dia berganti, dia menyesuaikan keadaan, dia bermimkri di tempat mana yang dia jumpai. 
Titik.
Aku mengenalmu dari sebuah titik maka tetaplah menyerupai itu. Apa yang salah dengan pengukuran, hal mana lagi yang harus diukur, dipertimbangkan dan diselaraskan. Apakah karena sebuah pengukuran dalam geometri kemudian dapat merubah seseorang, ini terlalu rasional. Bahkan sebuah titik tidak memenuhi syarat untuk menjadi logika tetapi bukan berarti ini fiksi. Titik mempunyai cirinya sendiri, keabstrakkannya membuat nya menjadi nyata tetapi bukan berarti dapat dirasionalkan, bukan juga dapat disubjektifkan. 
Titik.
Titik adalah titik meskipun itu titik tetapi aku merasakan jelas bagaimana sudutnya berinterpretasi. Disana, sana, sana, sana, dan sana, ketika titik titik lain berkumpul aku melihat sebuah titik, adalah sama, aku hanya tidak dapat menjelaskan secara bahasa seindah-indahnya titik adalah sama, titik adalah titik. Titik adalah indah ketika geometri tidak mencampurinya, titik adalah abstrak seperti seharusnya yang menyebabkan indah, bukan kerasionalan yang muncul,terlihat dan menghilangkan.
Satu titik bukan lagi titik ketika dia beruntun, satu titik bukan lagi titik ketika dia banyak.

Titik.
tetaplah menjadi titik bukan sebuah sudut pandang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar