Selasa, 23 September 2014

Senja menghiasi jagad raya dengan kepolosannya.
Memerahkan kapas-kapas lembut di atas sana.
Hari yang terang kini berbalik kelam ditemani segelintir bintang.
Bayang-bayangnya mulai kabur.
Entah apa yang membuatnya terburu-buru beranjak dari kapasitasnya.
Terimbuh lagi simpulan senyum aristik yg menonjol dari bibirnya tak dapat lepas dari benakkku.
Coklat eksotis yang menempel pada kulitnya tampak manis.
Namun, tak kuasa lagi ku raih.
Bersandar tepat di samping nya merupakan moment jarang.
Setiap kata demi kata yang ia lontarkkan tampak krusial.
Maka seringlah ku terngiang-ngiang olehnya.
Afeksinya sangat tanggap dan kritis.
Seluruh tentangnya adalah memukau meski sensing.
Dia hanya melihat berdasarkan apa yang panca inderanya berikan.
Bukan apa yang feeling katakan.
Kami seperti cermin yang menggambarkan berlawanan.
Saat itu kutemukan berbeda itu fisika yang saling memberikan aksi reaksi adiktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar